Day: September 23, 2018

Kota Medan pada zaman dahulu dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanahnya masih berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 HA. Beberapa sungai yang melintasi kota Medan ini semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai yang melintasi kota Medan adalah sungai Sei Deli, sungai Sei Babura, sungai Sei Sikambing, sungai Sei Denai, sungai Sei Putih, sungai Sei Badra, sungai Sei Belawan, dan sungai Sei Sulang Saling atau Sei Kera. Dalam tulisan Tengku Luckman Sinar pada The History of Medan mencatat Hikayat Aceh, bahwa Medan sebagai pelabuhan yang sudah ada sejak tahun 1590, dan pelabuhan tersebut pernah dihancurkan oleh serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa pada saat itu.

Pada tahun 1613 serangan yang serupa dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda terhadap Kesultanan Deli. Nama Haru sejak akhir abad ke-16 berubah menjadi Ghuri dan akhirnya pada abad ke-17 berubah menjadi nama Deli. Akibat pertempuran yang terus-menerus antar Haru dan Aceh mengakibatkan penduduk Haru menjadi jauh berkurang. Haru yang sebagai daerah taklukan menyebabkan banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh sebagai pekerja kasar. Kerajaan Haru sebagai kerajaan yang makmur tercatat dalam sejarah sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dan juga dengan Kerajaan dari Jawa. Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh pada tahun 1612 mengirim Panglimanya yang bernama Gocah Pahlawan dengan gelar Laksamana Kuda Bintan untuk dijadikan pemimpin yang mewakili Kerajaan Aceh di Tanah Deli.

Kerajan Deli dengan tampilnya Gocah Pahlawan menjadi berkembang dan pada tahun 1632 Gocah Pahlawan menikah dengan Nangaluan Beru Surbakti yang merupakan salah satu putri Datuk Sunggal dengan gelar Sri Indra Baiduzzaman Surbakti. Pada tahun 1653 Gocah Pahlawan wafat dan digantikan oleh puteranya yang bernama Tuangku Panglima Perunggit. Panglima Perunggit kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya terletak di Labuhan yang berjarak kira-kira 20 km dari Medan.

Danau Toba merupakan danau yang terbesar di Indonesia dan danau vulkanik terbesar yang ada di dunia. Danau Toba ini memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), dengan kedalaman 1.600 meter (5.200 ft), dan dengan lebar 30 kilometer (19mi). Danau Toba terletak di tengah pulau Sumatera Utara dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter (2.953 ft) yang merupakan danau yang terbentuk dengan alami. Danau Toba merupakan danau lokasi letusan gunung berapi super masif dengan kekuatan VEI 8 sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun yang lalu, letusan gunung berapi ini sampai menimbulkan perubahan iklim global. Letusan ini adalah letusan eksplosif terbesar yang ada di Bumi dengan kurun waktu 25 juta tahun terakhir.

Letusan terbesar di Bumi bedampak besar bagi populasi manusia di seluruh dunia karena dampak yang ditimbulkan oleh letusan gunung ini menewaskan sebagian besar populasi manusia yang hidup waktu itu dan diperkirakan menyebabkan penyusutan populasi di Afrika timur tengah dan India. Danau Toba diperkirakan terbentuk pada saat terjadinya letusan gunung berapi pada sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan gunung berapi super (supervoicano). Penelitian oleh ilmuwan menemukan bahwa jumlah dari total material pada letusan gunung berapi sekitar 2.800 km3 sampai sekitar 2.000 km3 dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah dan sekitar 800 km3 abu yang jatuh ke wilayah barat. Serta aliran piroklastik dari letusan gunung berapi menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan abu yang setebal 600 m dengan kawah utama.

Pada letusan gunung berapi tersebut menimbulkan kerusakan yang sangat banyak dan menyebabkan kematian massal serta kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Penelitian memperkirakan letusan tersebut menyebabkan menyusutnya jumlah populasi manusia sekitar 60 juta umat manusia.