Day: November 18, 2018
Sejarah Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kemaharajaan Kerajaan Sriwijaya telah ada sejak tahun 671 sesuai dari catatan I Tsing. Dari penemuan prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 diketahui kerajaan ini dibawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Dapunta Hyang berangkat dalam perjalanan suci siddhayatra untuk menerima berkah dan memimpin sekitar 20.000 tentara serta 312 orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju Jambi dan Palembang. Penemuan prasasti Kedukan Bukit adalah penemuan prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Dari catatan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 yang ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, Lampung, pulau Bangka dan Belitung. Prasasti Kota Kapur juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa pernah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, serangan militer ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing atau Kalingga di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya berkembang dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim yang ada di Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Laut China Selatan. Ekspedisi militer kerajaan Sriwijaya ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara. Pelabuhan Champa yang terletak di sebelah timur Indochina pada abad ke-7 mulai mengalihkan banyak perdagang dari Sriwijaya. Maharaja Dharmasetu dalam mencegah hal tersebut melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Pada awal abad ke-8, Kota Indrapura di tepi sungai Mekong berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya yang meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II yang merupakan pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama yaitu pada awal abad ke-8.
Pada akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, diantaranya adalah kerajaan Tarumanegara dan Holing. Pada masa ini pula yang menurut catatan, wangsa Sailendra berimigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Pada abad ini pula, Langkasuka yang berada di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan Sriwijaya dan pada masa berikutnya adalah Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka. Setelah Dharmasetu, pewaris Kemaharajaan Sriwijaya berikutnya adalah Samaratungga yang berkuasa pada periode 792 sampai 835. Pada masa kekuasaan Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat kekuasaan Sriwijaya di Jawa, selama masa kepemimpinannya , Samaratungga membangun Candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.
Pada thaun 955 seorang musafir (pengelana) yang bernama M. Al Masudi yang sekaligus sejarawan Arab menulis catatan tentang Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, dalam catatan itu digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang kaya raya dan memiliki tentara yang sangat banyak. Dalam catatan tersebut menyebutkan bahwa kapal yang tercepat pada masa itu dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh daerah pulau wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.