Day: October 4, 2018
Sejarah Agama Hindu Bali
Sejarah Agama Hindu Bali dimulai saat berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia yang ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu pada sekitar abad-abad pertama Masehi sampai sekitar tahun 1500, yakni dengan lenyapnya atau berakhirnya kerajaan Majapahit. Ajaran agama Hindu mengalami masa-masa kejayaan pada Kerajaan Majapahit, dengan masuknya pengaruh-pengaruh dari India. Berdasarkan dari catatan-catatan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapat dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu sekitar antar abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi, kemudian dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali.
Nama Balidwipa merupakan nama yang telah ada sejak zaman dahulu dan dapat diketahui dari penemuan-penemuan beberapa prasasti di antaranya adalah dari Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 913 Masehi. Dalam prasasti tersebut menyebutkan kata Walidwipa dan demikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti dalam prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka pada tahun 1181 Masehi. Agama Hindu Bali atau disebut pula Agama Hindu Dharma atau Agama Tirtha (Agama Air Suci) merupakan suatu praktik agama Hindu yang umumnya diamalkan oleh mayoritas suku Bali di Indonesia.
Agama Hindu Bali adalah sinkretisme atau penggabungan kepercayaan Hindu aliran Saiwa, Brahma, dan Waisnawa dengan kepercayaan asli suku Bali (local genius). Penemuan yang ditemukan sebagai peninggalan terkuno di Indonesia yang dikenal berkaitan dengan agama Hindu adalah arca Ganesha dan Siwa yang ditemukan di pulau Panaitan dan diperkirakan dari abad pertama setelah Masehi. Selain dari prasasti tersebut, juga ditemukan tujuh buah yupa yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur, yang diperkirakan dari sekitar tahun 400 Masehi.
Sejarah Bali
Bali atau Pulau Dewata atau yang disebut Pulau Seribu Pura adalah salah satu Provinsi di Indonesia, dengan ibu kota Denpasar. Sejarah Tonggak awal rentangan pada masa Bali Kuno adalah abad ke-8, atas dasar itu maka Bali pada periode sebelum tahun 800 sesungguhnya belum termasuk dalam masa Bali Kuno. Masa prasejarah di Bali semakin terang benderang berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan putra-putri Indonesia. W.O.J. Nieuwenkamp sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali yang datang mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis, W.O.J. Nieuwenkamp memberikan beberapa catatan antara lain tentang Pura Bukit Penulisan, nekara Pejeng, dan Trunyan.
Pada tahun 1954, penelitian prasejarah Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. Van Heekeren dengan hasil penelitian yang ditemukannya pada sebuah buku yang berjudul Sarcopagus on Bali. Selanjutnya pada tahun 1963 oleh seorang putra Indonesia yang bernama Drs. R.P. Soejono melakukan penggalian secara berkelanjutan yaitu pada tahun 1973, 1974, 1984, dan 1985. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan pada benda-benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk Gilimanuk (diduga lokasi Situs Gilimanuk) yang merupakan sebuah perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali, dimana tempat ini sekarang sudah berdiri sebuah museum.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali, bahwa kehidupan masyarakat atau penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat dibagi menjadi empat masa, yaitu:
1. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan pada tingkat sederhana
2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan pada tingkat lanjut
3. Masa bercocok tanam
4. Masa perundagian