Kaisar Xuantong, Kisah Kaisar Terakhir Puyi

Kaisar terakhir Cina ternyata dari Dinasti Qing yang sejak berumur 2 tahun sudah mendapatkan gelar Kaisar. Puyi yang dikenal sebagai Kaisar Xuantong lahir pada tanggal 7 Februari 1906 di Beijing, Cina. Puyi yang berasal dari klan Aisin Gloro suku Manchu, merupakan penguasa ke 12 dari Dinasti Qing dan juga dikenal sebagai The Last Emperor (Kaisar Terakhir). Kaisar Puyi merupakan anak dari Pangeran Chun (Ayah) dan Guwalgiya Youlan (Ibu), pada tahun 1934 ia mendeklarasikan diri sebagai Kaisar Kangde dari negara boneka Manchukuo yang dikendalikan oleh Kekaisaran Jepang. Berkuasa sejak dari 2 Desember 1906 – 12 Februari 1912 dan mempunyai 5 orang istri.

Sebuah Revolusi Xinhai yang digerakkan oleh kaum nasionalis Cina yang dipimpin oleh Sun Yat, serta didukung oleh Jenderal Yuan Shikai pada akhirnya tidak terbendung lagi. Sehingga pada tanggal 12 Februari 1912, Ibu Suri Longyu mengeluarkan sebuah Dekrit Kekaisaran tentang Penurunan Tahta Kaisar Qing, untuk mendukung Revolusi Xinhai. Dengan dikeluarkannya Dekrit oleh Ibu Suri Longyu, maka Kaisar Puyi masuk ke dalam salah satu Kaisar yang paling cepat turun tahtanya. Sebuah kesepakatan atau perjanjian yang dibuat maka Puyi diperbolehkan tetap mempertahankan gelar kekaisarannya dan tetap diperbolehkan tinggal dalam Istana (Kota Terlarang), mendapatkan subsidi tahunan dari Republik Tiongkok sebesar 4.000.000 tael perak dan dapat mempertahankan tentara yang menjaga Kaisar.

Pada Tahun 1924 oleh seorang jenderal Feng Yuxiang, Puyi diusir dari Kota Terlarang dan kemudian menetap di kedutaan besar Jepang selama lebih kurang satu setengah tahun. Puyi yang masih berambisi untuk kembali menduduki tahta kaisar, kemudian menulis sebuah surat kepada Menteri Pertahanan Jepang, bahwa dirinya ingin kembali ke singgasana kekasisaran. Dengan bantuan Jepang pada tahun 1932, Puyi diangkat oleh Jepang menjadi Kaisar Manchukuo. Sebagai Kaisar Manchukuo yang dikendalikan oleh Jepang atau boneka Jepang, tidak dapat sesuka hatinya bisa mengambil keputusan dikarenakan Kaisar Puyi diawasi dengan ketat oleh Jepang.

Di akhir Perang Dunia II, Jepang yang mengalami kekalahan dimana-mana harus kembali ke negaranya Jepang. Kaisar Puyi dan keluarganya ikut mau melarikan diri ke Jepang bersama dengan tentara Jepang, ditangkap oleh Tentara Merah Soviet (Uni Soviet) dan dibawa ke Rusia pada tanggal 16 Agustus 1945. Di Cina sendiri yang terjadi perang sipil antara Nasionalis dan Komunis, yang berakhir dengan kemenangan Komunis yang dipimpim oleh Mao Zedong pada tahun 1949. Saat Cina yang di bawah pimpinan Mao Zedong, Puyi dikembalikan ke Cina (Tiongkok) setelah adanya negosiasi antara pemerintahan Uni Soviet dan Cina (Tiongkok). Puyi yang akhirnya tinggal di Beijing hingga kematiannya pada 17 Oktober 1967 saat Puyi berusia 61 tahun.

Author: